Jumat, 23 Maret 2012

THE USED


Untuk kalangan pecinta musik emo, siapa sih yang ngga kenal The USED?! Sampai-sampai ada yang berpledoi: “bukan anak emo kalo ngga tau The USED”. Hahaha… Resminya band asal Utah, USA ini baru terbentuk Januari 2001. Namun para personilnya sudah malang melintang di dunia permusikan sejak awal 90-an. Maka tak heran bila nama The USED langsung melambung sejak kehadiran album pertamanya (self-titled, Reprise Records, 2002), lewat genre baru yang banyak orang labeli sebutan “emo”, yaitu term baru dari inovasi hardcore/punk dengan unsur vokal merdu yang tradisional di part-part lagunya. Genre emo sendiri baru mewabah di Indonesia sekitar 3 tahun belakangan. Sebagai wujud apresiasi, akhirnya promoter JAVA Musikindo bersama Fruit Tea Star Music menggelar konser perdana “gods of emo” tersebut di Indonesia pada 13 Agustus kemarin.


 Sebelumnya ada pertimbangan penting mengenai harga tiket yang tergolong muahal (untuk konser musik kalangan kawula muda), yaitu: Rp 650.000,- (festival) & Rp. 550.000,- (tribun). Apalagi di Agustus ini JAVA juga menggelar serangkaian 3 konser band mancanegara (Jakarta Jam!, The Used, Panic! At The Disco) dengan nominal tiket yang sama. Hiks! Akhirnya, beberapa hari sebelum hari H, tiket konser The USED diturunkan (hampir) separuh harga, menjadi: Rp 350.000,- (festival) & Rp. 300.000,- (tribun). Sedangkan bagi yang terlanjur membeli tiket pre-sale, duit lebihnya akan dikembalikan di lokasi konser. Maka, mulai sore hari itu ribuan massa terus mengalir menuju Tennis Indoor Senayan, yang semuanya memiliki niat yang sama: menonton The USED! Hampir 3000 pengunjung harus rela menunggu showtime yang baru dimulai jam 8:15 malam. Lalu semua lampu dipadamkan, terlihat ruangan gedung gelap gulita kecuali tata lampu kecil berkedip-kedip menyoroti tubuh personil. Sontak lengkingan penonton bersorak-sorai menyebut nama personil The USED, yang terdiri dari Bert McCracken (vokal), Quinn Allman (gitar/beking vokal), Jeph Howard (bass/beking vokal), & Dan Whitesides (dram) – sebagai pengganti dramer lama Branden Steineckert.


 Salah satu single dari album terbarunya Lies for the Liars (Reprise Records, 2007), “The Bird and The Worm” membuka panggung dengan versi singkat – juga tanpa unsur orkes & choir seperti versi aslinya. Tak ada yang menduga kalau lagu yang bernuansa lirih dan gelap itu ditempatkan pada awal setlist. Biasanya kan, trigger sebuah show band rock – walau Bert juga mengklaim The USED ini “band hardcore” – lebih memilih beat lagu yang dapat memicu adrenalin audiens. Atau memang sudah diintruksikan dari promoter sendiri?! Ternyata, setiap pengunjung juga diberi “peringatan” lebih dulu yang tertera dibalik tiket, bahwa “Tidak diperkenankan Moshing, Bodysurfing,…”. Oh my Dog! Apa ini ngga konyol kedengarannya? Biar kami perjelas di sini, bahwa “setiap jenis musik memiliki tarian/dansa tersendiri”. Mulai dari hardcore, punk, ska, metal, sampai dangdut sekalipun, ada dansa khasnya. Justru hal-hal tersebut adalah elemen yang tidak terpisahkan dari setiap show musik, selama juga ngga merugikan orang lain. Ah, masa sih saya mesti bilang, kalo promoter harusnya banyak belajar lagi tentang dunia musik anak muda… Hahaha. Selanjutnya crowds baru diliarkan lewat lagu “Take it Away” dari album kedua In Love and Death (Reprise Records, 2004). Setelah empat lagu pertama, selesai “I Caught Fire (In Your Eyes)”, The USED mengisi improvisasi sekitar 5 menitan. Improvisasi lain pun juga dilakukan di sela-sela pertengahan show. Ada juga 3 lagu (“The Taste of Ink”, “All That I’ve Got”, “Buried Myself Alive”) yang mereka mainkan secara medley kaya kereta gandeng hehehe…


 Tapi saya perhatikan, kenapa lightning panggung begitu minimal berpijar. Atau memang ini trik untuk meminimalis “pencurian” dokumentasi penonton, walau cuma menggunakan HP?! Background panggung pun tanpa terpampang banner band. Tak ada embel-embel menghiasi panggung selain personil The USED sendiri. Sangat disayangkan untuk band berkelas dunia seperti The USED, konsernya terlihat begitu konvensional. Berbeda dengan kawan band seperjuangan My Chemical Romance yang begitu megah di setiap pertunjukannya. Interaksi Bert dengan para penonton cukup komunikatif. Meski sejak beberapa awal lagu, vokalis yang selalu khas memakai sarung tangan ini selalu menakuti-nakuti dengan bilang: “ini lagu terakhir kami”, candanya. Penonton pun bersorak protes sambil mengacungkan jari-jari tengahnya. Akhirnya, sampai lagu “Hospital” yang berposisi ke-13, Bert cs mereka benar-benar hengkang dari panggung. Namun sampling suara sirene terus berjalan hingga personil The USED hadir kembali. Crowds pun memanjatkan doa-doa encore secara berjamaah. Hihihi…

 Setelah jeda kurang lebih 10 menit, hanya Bert dan Quinn tampil duo lalu menyejukan massa lewat “On my Own” yang diinstrumenkan dengan gitar akustik. Singalong pun menemani lagu tersebut dari awal hingga selesai. Selanjutnya; “it’s gonna be your last chance…”, jelas Bert sebelum menutup pertunjukan. Kerumunan yang tadinya sudah terlihat tenang, kembali rusuh saat “A Box Full of Sharp Objects” digeber sebagai lagu terakhir. Konser yang berdurasi 1 setengah jam, rasanya belum memaksimalkan kepuasan penonton. Ada pula yang merasa kecewa karena beberapa hits lawasnya tidak dilantunkan, seperti: “Blue and Yellow”, “Hard to Say”, dll. Dari 15 setlist lagu, The USED memang lebih banyak menghadirkan lagu dari album terbarunya, a.l: “Liar, Liar (Burn in Hell)”, “Paralyzed”, “Pretty Handsome Awkward”, “Wake the Dead”, “Hospital”. Termasuk 2 lagu (“Sun Comes up” dan “Pain”) dari EP Shallow Believer yang baru dirilis Februari kemarin.

 Mengenai rilisan rekaman, The USED juga terbilang cukup produktif. Tahun ini pun mereka lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan materi untuk album (penuh) keempatnya, bahkan demonya sudah direkam sejak Januari sampai Maret kemarin. Rencana album baru nanti akan dirilis akhir 2008 (yang mungkin) berbarengan dengan DVD terbarunya. So, just wait for it




0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management