Jumat, 23 Maret 2012

FLIP (Full Laugh In Pain)






  and baru ini menyebut dirinya sebagai band pertama yang mengusung aliran emo-punk di Indonesia. Mereka juga menyatkan bahwa tidak ada band lain yang punya sound seperti mereka. Nam band baru ini adalah FLIP (Full Laugh In Pain)
Emo-punk menurut mereka, adalah musik punk-rock yang menyodorkan lirik penuh emosi. Apapun penuturannya, yang jelas, band ini mengaku tidak main-main dengan pekerjaannya ini.
Pada awal hanya bertiga, Greg [gitar], mantan gitaris Gallery Band (yang salah satu personilnya adalah Cindy Fatikasari ), mengajak kawannya, Derry [bass], dan Ayu[vokal]. Derry adalah salah satu personil grup rap, Neo. Entah mengapa memilih punk, mungkin karena Neo sendiri saat ini sedang vakum. Sementara Ayu satu-satunya cewek dalam formasi band ini, adalah seorang penyiar (dan juga kekasihGreg). Sempat kosong di posisi drumer, sampai akhirnya diisi oleh Dony, mantan drumer band punk Bandung, Rocket Rockers.
Dalam peluncuran album perdananya di De Basic Cafe, Jakarta, Kamis (26/8/2004), FLIP mengatakan, siap diadu dengan band punk lain. “Perhatikandeh sound kami, beda dengan band lain pokoknya,” Kata Greg.
Sayangnya, selain vokalis cewek yang enak dipandang, FLIP tidak bisa memberikan kekhususan lain dari musiknya. “yang membuat FLIP gampang diingat adalah liriknya,” jelas Greg lagi. Mereka juga tidak mempersoalkan apakah musiknya komersil atau tidak. “Yang penting kami main apa yang kami rasa enak,” jelas Derry, rapper Neo ini. (tbg/

THE USED


Untuk kalangan pecinta musik emo, siapa sih yang ngga kenal The USED?! Sampai-sampai ada yang berpledoi: “bukan anak emo kalo ngga tau The USED”. Hahaha… Resminya band asal Utah, USA ini baru terbentuk Januari 2001. Namun para personilnya sudah malang melintang di dunia permusikan sejak awal 90-an. Maka tak heran bila nama The USED langsung melambung sejak kehadiran album pertamanya (self-titled, Reprise Records, 2002), lewat genre baru yang banyak orang labeli sebutan “emo”, yaitu term baru dari inovasi hardcore/punk dengan unsur vokal merdu yang tradisional di part-part lagunya. Genre emo sendiri baru mewabah di Indonesia sekitar 3 tahun belakangan. Sebagai wujud apresiasi, akhirnya promoter JAVA Musikindo bersama Fruit Tea Star Music menggelar konser perdana “gods of emo” tersebut di Indonesia pada 13 Agustus kemarin.


 Sebelumnya ada pertimbangan penting mengenai harga tiket yang tergolong muahal (untuk konser musik kalangan kawula muda), yaitu: Rp 650.000,- (festival) & Rp. 550.000,- (tribun). Apalagi di Agustus ini JAVA juga menggelar serangkaian 3 konser band mancanegara (Jakarta Jam!, The Used, Panic! At The Disco) dengan nominal tiket yang sama. Hiks! Akhirnya, beberapa hari sebelum hari H, tiket konser The USED diturunkan (hampir) separuh harga, menjadi: Rp 350.000,- (festival) & Rp. 300.000,- (tribun). Sedangkan bagi yang terlanjur membeli tiket pre-sale, duit lebihnya akan dikembalikan di lokasi konser. Maka, mulai sore hari itu ribuan massa terus mengalir menuju Tennis Indoor Senayan, yang semuanya memiliki niat yang sama: menonton The USED! Hampir 3000 pengunjung harus rela menunggu showtime yang baru dimulai jam 8:15 malam. Lalu semua lampu dipadamkan, terlihat ruangan gedung gelap gulita kecuali tata lampu kecil berkedip-kedip menyoroti tubuh personil. Sontak lengkingan penonton bersorak-sorai menyebut nama personil The USED, yang terdiri dari Bert McCracken (vokal), Quinn Allman (gitar/beking vokal), Jeph Howard (bass/beking vokal), & Dan Whitesides (dram) – sebagai pengganti dramer lama Branden Steineckert.


 Salah satu single dari album terbarunya Lies for the Liars (Reprise Records, 2007), “The Bird and The Worm” membuka panggung dengan versi singkat – juga tanpa unsur orkes & choir seperti versi aslinya. Tak ada yang menduga kalau lagu yang bernuansa lirih dan gelap itu ditempatkan pada awal setlist. Biasanya kan, trigger sebuah show band rock – walau Bert juga mengklaim The USED ini “band hardcore” – lebih memilih beat lagu yang dapat memicu adrenalin audiens. Atau memang sudah diintruksikan dari promoter sendiri?! Ternyata, setiap pengunjung juga diberi “peringatan” lebih dulu yang tertera dibalik tiket, bahwa “Tidak diperkenankan Moshing, Bodysurfing,…”. Oh my Dog! Apa ini ngga konyol kedengarannya? Biar kami perjelas di sini, bahwa “setiap jenis musik memiliki tarian/dansa tersendiri”. Mulai dari hardcore, punk, ska, metal, sampai dangdut sekalipun, ada dansa khasnya. Justru hal-hal tersebut adalah elemen yang tidak terpisahkan dari setiap show musik, selama juga ngga merugikan orang lain. Ah, masa sih saya mesti bilang, kalo promoter harusnya banyak belajar lagi tentang dunia musik anak muda… Hahaha. Selanjutnya crowds baru diliarkan lewat lagu “Take it Away” dari album kedua In Love and Death (Reprise Records, 2004). Setelah empat lagu pertama, selesai “I Caught Fire (In Your Eyes)”, The USED mengisi improvisasi sekitar 5 menitan. Improvisasi lain pun juga dilakukan di sela-sela pertengahan show. Ada juga 3 lagu (“The Taste of Ink”, “All That I’ve Got”, “Buried Myself Alive”) yang mereka mainkan secara medley kaya kereta gandeng hehehe…


 Tapi saya perhatikan, kenapa lightning panggung begitu minimal berpijar. Atau memang ini trik untuk meminimalis “pencurian” dokumentasi penonton, walau cuma menggunakan HP?! Background panggung pun tanpa terpampang banner band. Tak ada embel-embel menghiasi panggung selain personil The USED sendiri. Sangat disayangkan untuk band berkelas dunia seperti The USED, konsernya terlihat begitu konvensional. Berbeda dengan kawan band seperjuangan My Chemical Romance yang begitu megah di setiap pertunjukannya. Interaksi Bert dengan para penonton cukup komunikatif. Meski sejak beberapa awal lagu, vokalis yang selalu khas memakai sarung tangan ini selalu menakuti-nakuti dengan bilang: “ini lagu terakhir kami”, candanya. Penonton pun bersorak protes sambil mengacungkan jari-jari tengahnya. Akhirnya, sampai lagu “Hospital” yang berposisi ke-13, Bert cs mereka benar-benar hengkang dari panggung. Namun sampling suara sirene terus berjalan hingga personil The USED hadir kembali. Crowds pun memanjatkan doa-doa encore secara berjamaah. Hihihi…

 Setelah jeda kurang lebih 10 menit, hanya Bert dan Quinn tampil duo lalu menyejukan massa lewat “On my Own” yang diinstrumenkan dengan gitar akustik. Singalong pun menemani lagu tersebut dari awal hingga selesai. Selanjutnya; “it’s gonna be your last chance…”, jelas Bert sebelum menutup pertunjukan. Kerumunan yang tadinya sudah terlihat tenang, kembali rusuh saat “A Box Full of Sharp Objects” digeber sebagai lagu terakhir. Konser yang berdurasi 1 setengah jam, rasanya belum memaksimalkan kepuasan penonton. Ada pula yang merasa kecewa karena beberapa hits lawasnya tidak dilantunkan, seperti: “Blue and Yellow”, “Hard to Say”, dll. Dari 15 setlist lagu, The USED memang lebih banyak menghadirkan lagu dari album terbarunya, a.l: “Liar, Liar (Burn in Hell)”, “Paralyzed”, “Pretty Handsome Awkward”, “Wake the Dead”, “Hospital”. Termasuk 2 lagu (“Sun Comes up” dan “Pain”) dari EP Shallow Believer yang baru dirilis Februari kemarin.

 Mengenai rilisan rekaman, The USED juga terbilang cukup produktif. Tahun ini pun mereka lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan materi untuk album (penuh) keempatnya, bahkan demonya sudah direkam sejak Januari sampai Maret kemarin. Rencana album baru nanti akan dirilis akhir 2008 (yang mungkin) berbarengan dengan DVD terbarunya. So, just wait for it





  BANDUNG, (PRLM).- Grup band indie, Alone At Last akan merilis album terbaru pada awal April 2012. Dalam album itu, mereka akan menyajikan sentuhan yang berbeda dibandingkan dengan dua album sebelumnya. Pernyataan tersebut dikatakan vokalis Alone At Last, Yaz saat ditemui "PRLM" seusai latihan band di “GO!” Studio, Jln Terusan Jakarta no. 47 Bandung, Rabu (7/3) malam.
Perbedaan dalam album tersebut, tutur Yaz, terletak pada materi lagu. Alone At Last menyajikan album yang berisikan lagu-lagu dengan aransemen easy listening. Tentunya, bukan berati mengubah ciri khas musik emosional (emo) yang sudah melekat dengan grup band ini.  “Lagu-lagu dalam album ini, yang pasti akan lebih anteng jika dibandingkan dengan lagu di album sebelumnya,” kata Yaz menambahkan. 
Saat ditanyakan mengenai judul dan tema album, Yaz belum bisa menginformasikan. Hal tersebut disebabkan kebijakan dari manajemen yang masih menunggu momentum tepat untuk memublikasikan. “Judul dan tema album masih rahasia, tunggu saja hingga launching. Sedikit bocoran, di album ini ada beberapa lagu yang liriknya terinspirasi dari curhatan para Stand Alone Crew (panggilan fans Alone At Last),” ujar vokalis yang senang bercanda ini.   

Sementara itu, Staf Manajemen Alone At Last, Bahe mengatakan tahap pembuatan album sudah mencapai 75%. Artinya, dari sisi materi lagu dan aransemen sudah siap. Sisanya tinggal melakukan tahap hearing season dan perekaman. “Saya optimistis, kalau target merilis album pada awal April akan terlaksana,” kata Bahe menegaskan.

Album ini merupakan album ketiga dari Alone At Last. Sebelumnya, mereka telah merilis album “Sendiri vs Dunia”  (2004)  dan “Jiwa” (2008). Bahe mengatakan, album yang pertama rilis merupakan mini album sedangkan album kedua sudah full album. (CA-12/A-147)*** 

Irak Bukan Tempat Bersahabat Bagi Budaya Barat


  IRAK- Hati-hati jika bergaya pecinta musik emo di Irak, sebab saat ini orang-orang yang menggunakan style seperti itu akan dibantai. Ini menunjukkan bahwa Irak bukanlah tempat yang bersahabat untuk budaya atau khususnya musik barat.


Menurut sebuah laporan, ancaman terhadap para pecinta musik ini datang setelah Kementerian Dalam Negeri Irak mengeluarkan pernyataan keras terhadap fenomena yang dianggap sebagai pemuja setan.


Saat ini para polisi setempat mulai melakukan penyisiran ke dalam sekolah dan pusat kota. Para aparat yang berwenang ini mencari pemuda yang menggunakan pakaian aneh, ketat dan T-Shirt bergambar tengkorak.


“Saya bukan satu-satunya orang yang memotong rambut agar tidak menjadi target potensial. Semua teman saya di sekolah juga memutuskan untuk mengubah gaya rambut mereka dan berganti pakaian. Meskipun kami bukan emo ataupun gay,” ujar Kamel Saad, seperti dilansir CNN News, Kamis (15/3/2012).


Saad juga menceritakan jika sekelompok orang yang mengaku sebagai polisi, memasuki ruangan kelas mereka dan meminta para siswa melaporkan bila ada orang yang berperilaku mencurigakan.


“Saya pikir awalnya membicarakan tentang terorisme. Tetapi ketika polisi menjelaskan lebih lagi, kami menyadari bahwa yang mereka bicarakan adalah emo,” terangnya

Pembantaian Emo, Pemerintah Irak Tuding Al-Qaeda


 Pemerintah Baghdad menyangkal keras dugaan keterlibatan mereka atas pembantaian terhadap anak-anak muda yang berdandan emo. Dandanan emo ini, dianggap merupakan bentuk pemujaan setan. Sebuah pertemuan digelar dengan mengajak serta semua petinggi departemen keamanan negara.
Direktur komite, Abdul Karim al-Thareb mengatakan, "Al-Qaeda, setelah gagal mengacaukan keamanan, sekarang menyebarkan ketakutan masyarakat. Mereka ingin menggagalkan penyelenggaraan KTT Liga Arab di Baghdad."
Seperti yang dijadwalkan, KTT Liga Arab akan diselenggarakan di Baghdad pada 26-29 Maret 2012. Ditambahkan, walaupun Kementerian Dalam Negeri mengakui banyak remaja terbunuh beberapa minggu terakhir, namun ia bersikeras mereka adalah pelaku kriminal, tidak berhubungan dengan kultur emo.
Isu ini segera menjadi isu internasional. Media ramai melaporkan adanya pembantaian remaja yang berdandan ala emo. Mereka diculik dan disiksa oleh kelompok militan di Baghdad. Kini masyarakat dilanda ketakutan akan berulangnya kekerasan massal dari kelompok bersenjata api.
Dikabarkan ada lebih dari 15 mayat ditemukan. Bersamaan, timbul spekulasi jumlah korban sudah lebih dari 100 orang setelah pejuang hak-hak manusia Hanaa Edwar menyatakan kepada surat kabar Al-Mada, jumlah korban sebenarnya 85 orang.
Media tersebut menyatakan, rangkaian pembunuhan ini mulai terjadi sejak Kementrian Dalam Negeri Irak menyoroti budaya emo yang terus berkembang, sekitar sebulan yang lalu. Pihak kementrian menyebut gerakan ini 'satanisme' dan memerintahkan polisi untuk segera menghentikannya. Sayangnya, belakangan beredar sebuah pernyataan resmi berisi penyangkalan pihak kementrian atas aksi pembantaian ini.

Dandan Ala EMO Remaja Di IRAK Di Hukum Mati



 Pengekangan dalam kebebasan untuk mengekspresikan diri ternyata masih terjadi di beberapa tempat. Seperti halnya di Irak, para remaja yang rata-rata masih pelajar dibunuh lantaran berdandan dengan gaya rambut aneh dan pakaian ketat mengacu pada gaya emo yang populer di barat.
Tak kurang dari 14 remaja dibunuh di Baghdad dalam kurun waktu 3 minggu ini dengan munculnya kampanye yang diluncurkan polisi moral atau militan Shia. Mengenaskannya, 14 remaja tersebut dihukum dengan cara dilempari dengan batu hingga meninggal.
Para militan akan memburu para remaja yang sudah menjadi sasaran mereka dan tak segan untuk membunuh apabila mereka tidak mengganti pakaiannya. Pembunuhan ini terjadi sejak Menteri Dalam Negeri Irak menaruh perhatian terhadap budaya emo yang masuk ke dalam Irak akhir bulan lalu. Mereka juga meminta polisi untuk mencap budaya ini sebagai satanisme.
Menurut Hana Al Bayaty dari Brussels Tribunal bahwa remaja yang tewas lebih dari 14. Diperkirakan 90 atau 100 remaja yang meninggal akibat hukuman yang dijatuhkan oleh polisi moral.
Kejadian ini sendiri mendapatkan reaksi keras dari berbagai pihak. Mereka menilai bahwa pemerintahan Irak terlalu serius dalam menghadapi hal tersebut. Bagi mereka hal ini tidak adil, hanya lantaran memakai jeans buatan Amerika serta memotong rambutnya ala remaja di Barat, mereka harus menghadapi hukuman yang berat.

DUETTE, Dari Emo ke Pop Modern


SEMUA bermula di YouTube. Syahdan, adik kakak Abiyoso Utomo (Ozo) dan Adri Dwitomo iseng-iseng mengunggah rekaman mereka tengah menyanyikan tembang daur ulang band-band emo macam Escape The Fate, Secondhand Serenade, Bullet for My Valentine, atau pun Boys Like Girl ke situs berbagi video itu.
Di luar dugaan keduanya, video itu mendapat respons yang cukup hangat.
“Viewers-nya lumayan banyak. Yang subscribe ke akun YouTube kami juga banyak. Enggak hanya dari Indonesia saja, tapi juga dari Singapura, Filipina, Thailand, dan Ceko. Padahal niat bikin video itu cuma iseng saja,” ujar Ozo. Video itu ditonton juga Raka, gitaris Vierra. Raka dan kakak beradik ini dulunya aktif berkutat di indie emo. Ozo dan Adri sempat ngeband bareng dalam band bergenre emo.
Raka lalu mereferensikan video itu kepada Kevin Aprillio, kibordis sekaligus pentolan Vierra yang juga tengah giat mencari bakat-bakat baru untuk diorbitkan.
“Kevin kemudian menelepon saya dan mengajak bekerja sama. Awalnya saya saja yang diajak. Saya enggak mau sendiri. Adri juga harus diikutsertakan. Akhirnya, terbentuklah Duette,” tutur Ozo. Permintaan itu diiakan Kevin.
Mereka lalu mulai membuat demo rekaman. Musik dan lagu dibuat Kevin. Tapi sampai beberapa demo, Indrawati Widjaja atau Bu Acin, bos Mucica Studio’s, kurang sreg.
“Mungkin Bu Acin merasa lagunya terlalu Vierra. Dia lalu menyuruh kami membuat lagu sendiri. Akhirnya setelah membuat sekitar belasan lagu dan mempresentasikan di depan Bu Acin, alhamdulillah kami diterima di Musica Studio’s. Kami teken kontrak dengan Musica Januari tahun lalu,” ungkap Ozo.
Dalam format duet ini, Ozo dan Adri berpindah langgam dari emo ke pop modern.
“Pada dasarnya kami mendengar semua jenis musik. Tidak terbatas pada genre tertentu. Jadi tidak masalah bermain di musik pop. Lagi pula banyak yang bisa dieksplorasi dari musik pop,” bilang Ozo.
Jadilah, album debut mereka, Awal Baru, yang diproduseri Irwan Simanjuntak, Alam Urbach, dan Kevin Aprilio sebagai manifestasi genre baru yang mereka mainkan.
“Kami memainkan semua musik pop di sini. Mulai dari ballad pop, J-pop, Swedish pop, sampai pop Melayu,” tutur Adri. Mereka juga melirik K-pop.
“Terus terang, kami juga kerap mendengar musik K-pop. Kami tak jijik dengan musik boy band atau girl band Korea. Memang kelihatannya, musik mereka itu terkesan mengandalkan tampang yang imut. Tapi sebenarnya, secara musikal, musik K-pop itu menurut saya sangat hebat. Keren,” tegas Adri tanpa malu-malu.
Di Duette, Ozo dan Adri sama-sama menyandang status vokalis. Bedanya, Ozo mengambil nada tinggi. Sedang Adri mengambil nada rendah. “Supaya ada harmonisasi,” tutur Ozo.
Khusus Adri, ia juga menyandang tugas sebagai pemain gitar. Untuk menopang penampilan di panggung, Duette menggunakan band pengiring. Meski konsepnya duet, mereka ingin tampak sebagai band. Yang menarik, Duette juga membekali aksi panggung mereka dengan koreografi.
“Jadi ada beberapa lagu yang kami isi dengan koreografi. Enggak yang sampai gimana-gimana koreografinya. Secukupnya saja. Koreografi itu untuk mengekspresikan lirik lagunya. Ya, sama seperti artis solo Michael Jackson atau Usher yang sering menjadikan koreografi sebagai representasi lagu yang dibawakan,” ucap Adri.
Singel pertama Duette yang berjudul “Pernah” ditulis oleh Adri. “Awal, aransemennya dibikin bergaya One Republic. Tapi setelah bertemu Irwan Simajuntak dan merespons banyak masukan, maka terdengar seperti sekarang,” ujar Adri.

Selasa, 20 Maret 2012

Ancaman Pembantaian Emo Masih Beredar Di Irak


Ancaman Pembantaian 'Emo' Masih Beredar di Irak

 
Pembantaian keji terhadap remaja berdandan emo yang dilakukan di Irak benar-benar mengejutkan dunia internasional. Hingga kini, remaja-remaja di Irak masih dihantui rasa takut setelah muncul sebuah selebaran yang mengancam keselamatan mereka.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, setidaknya 14 remaja telah dirajam hingga tewas dalam tiga minggu terakhir di Irak. Seolah terdapat peraturan tak tertulis, para militan Syiah terus memburu remaja beratribut emo, yakni bercelana jeans ketat, kaos dengan logo-logo band tertentu dengan paduan rambut 'miring'.
14 mayat 'anak emo' telah dibawa ke 3 rumah sakit berbeda di Baghdad Timur setelah dihantam dengan batu dan batu bata hingga mati. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan resmi tentang identitas korban setelah mendapat larangan dari pihak berwenang.
Menurut salah seorang dokter dari rumah sakit Al Kindi, sebagian korban meninggal setelah mendapat pukulan yang sangat keras di bagian tengkorak. "Minggu lalu saya menandatangani sertifikat kematian tiga remaja. Alasan kematiannya jelas, patah tulang tengkorak yang parah. Sebuah pukulan yang sangat keras yang benar-benar menghancurkan tengkorak korban," tutur salah seorang dokter yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Teror ini ternyata tidak berhenti hingga di situ. Di Kota Sadr, selebaran-selebaran ancaman telah beredar beberapa hari lalu. Bahkan para militan telah merilis 24 nama yang siap untuk mereka jadikan korban selanjutnya.
"Ini peringatan keras bagi kalian, para wanita dan pria cabul. Jika kalian tidak meninggalkan kegiatan kotor ini dalam 4 hari maka hukuman Allah akan turun kepada kalian dari tangan para Mujahidin," tulis brosur selebaran tersebut.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Irak menganggap 'anak emo' sebagai fenomena satanisme yang menyebar melalui sekolah. "Mereka mengenakan pakaian ketat yang bergambar tengkorak, peralatan sekolah bergambar tengkorak dan anting di hidung dan lidah mereka serta gaya aneh lainnya," ujarnya.
Meski begitu, Menteri Dalam Negeri Irak membantah pembantaian yang terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan fenomena 'emo'. Menurutnya pembantaian tersebut murni karena unsur balas dendam, sosial atau kriminal.
"Banyak media melaporkan berita tentang fenomena yang disebut emo. Cerita tentang puluhan remaja tewas dalam berbagai cara termasuk dirajam. Tapi dari kasus pembunuhan yang kami catat, tidak ada kasus yang berkaitan dengan emo. Semua kasus yang tercatat adalah tentang balas dendam, sosial dan kriminal,"
Emo merupakan kependekan dari kata dalam bahasa Inggris, Emotional yang kemudian erat berkaitan dengan sebuah aliran musik. Bila dirunut ke belakang, banyak pengamat musik menilai emo merupakan turunan dari musik hardcore punk.    

Minggu, 18 Maret 2012

Lamb of God




 Lamb of God, adalah sebuah nama yang muncul ketika sebuah lembaga survey terkenal di Indonesia, bernama AC Nielsen menerbitkan Laporan berjudul *”SURVEI MUSIK ROCK di JAKARTA” **di tahun 2006 lalu. Menurut laporan di dalam buku ini anak muda di SMP dan SMA di Jakarta sebanyak 84.7%, mengenal dan menyukai band ini.Band ini juga disebut sebagai pelopor genre baru dari scene Metal yang disebut Metalcore yang merebak digandrungi oleh anak muda di seluruh dunia, tak lupa di Indonesia.*

 Lamb Of God mulai terbentuk di tahun 1990 dan sebenarnya pada awalnya dibentuk dari keisengan Mark Morton, Chris Adler,dan John Campbell dalam mengisi waktu luang semasa kuliah di *Virginia ommonwealth University* . Mereka tinggal di satu asrama dan sering berkumpul dan berlatih bersama membawakan lagu lagu Slayer, Pantera, Metallica secara instrumental tanpa vokalis. Setelah mereka lulus, mereka sepakat untuk membangun band ini, dengan anggota baru bernama Randi Blythe sebagai Vokalis dan mereka merilis demo pertama mereka di tahun 1995. Respon dari *scene *metal yang ‘merindukan’ jenis band dengan musik ala Pantera dengan beat2x groovy terjawab sudah, dan lahirlah legenda baru dari ”The New Wave of American Heavy Metal”  download video klik disini




Senin, 12 Maret 2012

Emotional Love



Belum cukup sembuh hati ku ini..Dari luka yang kau tikam..
kejantungku..Sudah kamu lukai nya lagi..Sudah kamu hancurkan.. percaya ku kepadamu..Aku mungkin takkan pernah tau.. Apa salahku kepada dirimu..Mungkin juga kamu masih ragu.. Dan ta’pernah menganggap ini adalah serius*Jangan sakitiku lagi mungkin aku bisa pergi pergi  untuk selamanya dan mungkin takkan kembali Setelah aku menjadi milik mu..Masihkah kamu akan sakiti aku lagi Belum cukupkah kamu menyiksa aku Belum cukupkah kamu membuat aku jadi gila  http://liriklaguindonesia.net/dewa-emotional-love-song.htm#ixzz1oqM3u9ba

Selasa, 06 Maret 2012

Foto dan Perkembangan Emo

Halo semuanya, berjumpa lagi ya, setelah lama blog ini vacum. Kali ini saya akan berbagi dengan anda semuanya, yaitu informasi tentang Seputar Foto Emo Terbaru dan perkembangannya, pasti ini sangat bermanfaat bagi Anda, oke kalau begitu berikut pemaparannya.
Pada dasarnya, segala sesuatu di dunia ini pasti akan mengalami perubahan. Dan ini berlaku diberbagai aspek kehidupan. Hal ini wajar terjadi jika dihubungkan dengan manusia sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan memiliki akal dan pikiran yang dinamis. Skinhead, Punk, dan kaum-kaum subkultur sejenis lainnya, pasti tidak akan terelakkan dari hal yang berhubungan dengan evolusi. Singkatnya, Emo adalah sebuah bentuk evolusi dari kaum skinhead-punk.
Berikut adalah Foto – foto emo terbaru


Emotion Hardcore biasanya disebut (istilah ngetrend) Emo, adalah sebuah gaya hidup, Fashion dan budaya yang baru saat sekarang ini mulai nge-boom di seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia. Emotion berasal dari bahasa Inggris, berarti emosi atau perasaan seseorang yang ingin diekspresikan. Sedangkan Hardcore adalah sejenis aliran musik yang memiliki tipe raungan gitar elektrik clean dan hentakkan drum yang dimainkan keras.




Dilihat dari sejarah munculnya, Emo adalah cabang atau yang lebih tepatnya adalah bentuk perkembangan dan evolusi dari Skinhead dan Punk. Emo muncul pertama kali sekitar pertengahan tahun 1980 di Washington, dan pertama kali diperkenalkan oleh band beraliran punk-melodic, DC Scene. Seperti artinya (emotion), lagu yang diusung lebih banyak mengandung unsur-unsur emosi dan perasaan seperti cinta, kasih sayang, rasa marah, kesal, dan segala sesuatu yang berhubungan erat dengan asmara dan perasaan seseorang.



Sekitar tahun 1990, emo semakin berkembang. Dibuktikan dengan banyak bermunculan band-band baru seperti Rites of Spring, Embrace, One Last Wish, Beefeater, Gray Matter, Fire Party, Slightly later, dan Moss Icon. Pada tahun inilah emo mencapai puncak-puncaknya. Sering dengan waktu banyak pula terjadi pencabangan dalam aliran emo sendiri.









Menurut Billy Joe Amstrong, gitaris band beraliran punk melodic Green Day (secara tidak langsung ia sendiri juga yang mempelopori revitalisasi emo kembali muncul di publik), emo adalah sebuah gabungan antara punk dan gothic. Sebuah karya besar jika kedua mainstream (sikap independen yang dilakukan kelompok-kelompok anak muda tertentu, berhubungan dengan kultur pop kaum muda) ini dipadukan. Dan bukan hal yang mustahil jika keduanya digabungkan akan tercipta sesuatu yang fantastis. Kesamaan keduanya mampu berkolaborasi dan saling melengkapi. Dan sebagai cara untuk membedakan bahwa ini adalah sesuatu yang baru, perlu suatu adanya upaya penonjolan jati diri. Dengan atribut gabungan keduanyalah sebuah aliran dan lifestyle baru ini mampu diterima. Sebuah ideologi dapat diterima jika memiliki sesuatu sebagai identitasnya dan mampu menunjukkannya pada umum.

Namun, kaum Skinhead-Punk yang masih tetap memegang idiologi “asli” skinhead, berpendapat bahwa emo adalah bentuk kehancuran Skinhead-Punk. Dikatakan kehancuran karena idiologi anti kemapanan yang selalu diikrarkan oleh kaum Skinhead, sudah tidak bermakna lagi, kalah dan ditelan oleh bentuk kapitalisme dan mapan (Bowo(22) , mahasiswa Fak.Filsafat UGM, seorang Skinhead dan punker). Ditambahkan pula oleh rekannya, Empu (Christian), ia mengungkapkan kekecewaanya terhadap Emo (kaum Skinhead-Punk yang sudah dipengaruhi kapitalisme modern), Emo tidak pantas dianggap sebagai punk karena tidak mencirikan sebagai sesuatu yang anti dengan kemapanan. Ditegaskan lagi dengan segala jenis atribut yang mereka (Emo) yang lebih menonjolkan kemewahan, merk. Sudah jelas mereka bukan Skinhead-punk yang sebenarnya. Emo hanyalah sebuah bentuk kapitalisme musik, ideologi yang dikemas dan menyusup rapi ke dalam ideologi skinhead-punk yang selama ini sudah berakar kuat.

Lain halnya yang dikatakan Putri, mahasiswi Fak. Ilmu Budaya UGM jurusan Antropologi. Menurutnya emo merupakan suatu bentuk gaya hidup baru yang sangat cocok khususnya generasi muda. Ekspressionis, enerjik, modis, begitulah gambaran emo, tambahnya.
by leonellutfi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management